Epidemiology: Retrospective vs Prospective

Dalam sebuah uji epidemiology, dikenal dua tipe uji, yaitu retrospektif dan prospektif. Secara sederhana, epidemiology retrospektif melihat ke belakang, peristiwa masa lalu. Epidemiologi prospektif melihat proses saat ini dan proses yang sedang berjalan.

Kelebihan retrospektif:
1. Pelaksanaanya relatif lebih cepat, karena paparan, bahkan penyakitnya sudah terjadi
2. Relatif lebih murah, karena tidak perlu sampai harus mengikuti individual rentang waktu tertentu sampai gejala penyakit tertentu muncul.

Kelemahan retrospektif
1. Data atau informasi eksposure (pemaparan) sangat mungkin tidak lengkap
Misal anda mengobservasi penyebab kematian kanker paru dengan merokok, anda berkunjung ke rumah sakit, dan menghitung jumlah total orang yang merokok (bukan orang yang terkena kanker) dan yang tidak merokok. Oke, sekarang anda dapatkan jumlah masing-masingnya. Sekarang, dari orang yang merokok tersebut, berapa orang yang terkena kanker paru-paru, dan berapa yang tidak. Lakukan hal yang sama terhadap kelompok pasien yang tidak merokok. Hipotesisnya selayaknya adalah, pada pasien merokok, akan dijumpai pasien terkena kanker lebih banyak dibanding kelompok yang tidak merokok. Nah, kesimpulan ini tidaklah cukup, karena anda tidak memasukkan informasi, bagaimana tempat kerjanya, apakah tempat kerjanya penuh dengan perokok, kemudian bagaimana gaya hidupnya, apakah pagi selalu minum kopi, kemudian bagaimana rumahnya, apakah dia banyak terpapar oleh asbestos (faktor penyebab kanker juga) dll. Inilah maksudnya bahwa informasi bisa jadi tidak lengkap.

2. Kesulitan untuk mengidentifikasi faktor pengacau observasi (confounding factor)
Melanjutkan contoh diatas, confounding factornya adalah, jenis kelamin, kebiasaan di pagi hari (minum kopi atau tidak) itu bisa mempengaruhi konsentrasi kita bahwa penyebab kanker paru adalah merokok. Selain itu adalah obesitas (kegemukan), masih banyak lagi confounding factor yang lain, tp harus anda tanya dokter 🙂

3. Rentan terhadap bias (kesalahan informasi) karena sistem memori orang tidak sama
Kalau anda menguji pasien tentang kebiasaan merokok, bisa jadi satu orang ingat dengan lengkap kebiasaannya, namun yang lain lupa. Ini bisa pemicu ketidakakuratan informasi.

4. Kesimpulan akhir biasanya hanya merujuk ada hubungan atau tidak antara paparan suatu senyawa dengan penyakit. Seperti sudah disebutkan, pada akhirnya, uji ini hanya mampu memberikan asosiasi (hubungan) antara suatu penyakit dengan penyebabkan secara perkiraan, bukan sebuah hubungan sebab-akibat langsung.

Kelebihan prospektif
1. Data paparan lebih terukur dan lebih andal
2. Dapat mengontrol dan mengidentifikasi faktor pengacau observasi (confounding factor)
3. Bisa untuk mengukur waktu mulai awal pemaparan sampe saat paparan terjadi/berlangsung
4. Bentuk kesimpulannya lebih kuat dari sekedar asosiasi/hubungan antara penyakit dan penyebabnya
5. Kontrol yang lebih baik terhadap bias (saya tidak akan menjelaskan tentang ini)

Kelemahan prospektif
1. Hasilnya tidak dapat diperoleh dalam waktu singkat, butuh waktu
2. Membutuhkan biaya yang lebih besar
3. Karena jangka waktu yang lama, bisa jadi individu yang diobservasi tidak bisa dijaga mobilitasnya (pindah rumah, tempat kerja dan lain sebagainya)

Untuk lebih mendalami prospektif uji, saya ada contoh bagus uji epidemiologi prospektif. Silakan lihat disini http://www.kompas.com/ver1/Iptek/0612/15/062132.htm 

Saya rasa, kelebihan dan kelemahan retrospektif dan prospektif dapat memberikan bayangan tentang deskripsi dan cara melakukan tiap2 uji.

2 comments so far

  1. liliana on

    thanks postingannya.. saya lagi kebingungan nyari info tentang uji epidemiologi dan tulisan ini cukup membantu.
    boleh minta info referensi buku yang bs di baca untuk tau lebih lagi? kalo bisa bab nya apa. soalnya saya udah ada buku metodologi penelitian, tapi saya kesulitan mencari di bab mana yang ada uji epidemiologinya, terimakasih sebelumnya.

  2. […] Epidemiology: Retrospective vs Prospective […]


Tinggalkan komentar